Senin, 09 Mei 2011

BAB III
MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
(DIRECT INSTRUCTION)

A. RUANG LINGKUP PENGAJARAN LANGSUNG

1. Istilah dan Pengertian
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Istilah lain model pengajaran langsung dalam Arends (2001, 264) antara lain training model, active teaching model, mastery teaching, explicit instruction.
Ciri-ciri model pengajaran langsung (dalam Kardi & Nur, 2000:3) adalah sebagai berikut:
(1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
(2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
(3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
2. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (Kardi dan Nur, 2000:4). Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu: tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya (p = F/A). Pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif di atas adalah bagaimana memperoleh rumus/persamaan tekanan tersebut.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika, kimia, matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau informasi faktual. Berbeda dengan informasi faktual, pengetahuan yang lebih tinggi tingkatanya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain. Seringkali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
3. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997:3) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Sintaks Model Pengajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 [lima] tahap, seperti ditunjukkan tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Sintaks Model Pengajaran Langsung

Fase Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswauntuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

4. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000:8).
Menurut Kardi dan Nur (2000:8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajara dengan baik.

5. Penelitian Tentang Keefektifan Guru
Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai komponennya, berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun demikian, data penunjang empirik yang paling jelas terhadap model pengajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Penelitian Stalling dan Kaskowitz (dalam Arends, 2001:267) menunjukkan pentingnya waktu yang di alokasikan pada tugas (time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan empirik penggunaan pengajaran langsung. Beberapa orang guru menggunakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain metode-metode yang informal. Stalling dan koleganya ingin mengungkapkan, manakah di antara program-program itu yang dapat berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Perilaku guru-guru dalam 166 kelas diamati, siswa-siswa dites. Banyak hal yang dapat diungkapkan pada penelitian itu, namun ada dua hal yang sangat menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan) yang menggunakan model pengajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan yang tinggi daripada mereka yang menggunakan metode-metode informal dan berpusat pada siswa.
Beberapa penelitian tahun 1970, misalnya yang dilakukan oleh Stalling dan rekan-rekannya, menunjukan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan siswa (time-task-ratios) yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-guru yang berhasil, menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pengajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000: 17).

B. PELAKSANAAN PENGAJARAN LANGSUNG
Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan- keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran dan waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langlah-langkah atau tindakan tertentu merupakan cirri khusus pengajaran langsung. Ciri utama unik yang terlihat dalam melkasanakan suatu pengajaran langsung adalah sebagai berikut.
1. Tugas-Tugas Perencanaan
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apa pun, namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains.
(a) Merumuskan Tujuan
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model Mager dalam Kardi & Nur (2000:18). Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan prilaku dan terdiri dari tiga bagian.
1) Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis prilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai bukti bahwa tujuan itu telah tercapai.
2) Situasi pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau diharapkan terjadi.
3) Kriteria kinerja, diterapkan standar atau tingkat kinerja sebagai standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati.
Singkatnya, menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan)

(b) Memilih Isi
Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku dan buku ajar tertentu (Kardi dan Nur, 2000:20).

(c) Melakukan Nalisis Tugas
Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurung waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan, keterampilan dan pengertian kompleks itu lebih dulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap (Kardi dan Nur, 2000:23).
(d) Merencanakan Waktu dan Ruang
Pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa, (2) memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal dengan baik siswa-siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran. Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya (Kardi dan Nur, 2000:23).

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran Langsung

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Menurut Kardi dan Nur (2000: 27-43),langkah-langkah pengajaran langsung meliputi tahap sebagai berikut.

a. Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa
Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

b. Menyampaikan tujuan
Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Penyampaian tujuan kapada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.

c. Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.

d. Presentasi dan Demonstrasi
Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan presentasi atau demostrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci untuk berhasil ialah memprsentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.

e. Mencapai kejelasan
Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Sementara itu, para peneliti dan pengamat terhadap guru pemula dan belum berpengalaman menemukan banyak penjelasan yang kabur dan membingungkan. Hal ini pada umumnya terjadi pada saat guru tidak menguasai sepenuhnya isi pokok bahasan yang dikerjakannya dan tidak menguasai teknik komunikasi yang jelas.

f. Melakukan Demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari pengamat orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”.
Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan dan berlatih melakuakn demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.




g. Mencapai pemahaman dan penguasaan
Untuk menjamin agar siswa dapat mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu yang benar, guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar. Banyak contoh yang menunjukan, bahwa anak atau siswa bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang yang tidak benar.

h. Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensip, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

i. Memberikan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar dan memungkinkan siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi yang baru.
Menurut Kardi dan Nur (2000:35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakuakn pelatihan.
(1) Menguasai siswa melakukan latihan singkat dan bermakna;
(2) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep atau keterampilan yang dipelajari;
(3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa;
(4) Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

j. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Tahap ini kadang-kadang di sebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung, karna tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik, sebagai misal umpan balik secara lisan, tes dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.
Menurut Kardi dan Nur (2000:38-42), untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut:
(1) Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan cukup segera setelah latihan sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.
(2) Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik mungkin agar paling dapat membantu siswa. Misal “Tiga kata tertulis salah pada makalah anda: Efiktif, positif dan vartikal”, bukan, “Terlalu banyak kata yang salah ketik”.
(3) Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut. Misal, “Saya tidak dapat membaca tulisan anda, karena jarak antara baris yang satu dengan baris yang lain terlalu rapat” dan bukan “Tulisan tidak rapid an kurang jelas”.
(4) Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Umpan harus diberikan secara hati-hati agar berguna. Kadang-kadang, siswa diberi umpan balik terlalu banyak atau umpan balik terlalu rumit bagi siswa untuk menanganinya.
(5) Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar. Tentunya setiap siswa lebih menyukai umpan balik yang positif daripada yang negatif. Pada umumnya pujian akan diterima sedangkan umpan balik negative mungkin ditolak.
(6) Apabila memberi umpan balik negative, tunjukan bagaimana melakukannya dengan benar. Apabila mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan salah, umpan balik negative harus selalu disertai dengan demonstrasi yang benar oleh guru.
(7) Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. Merupakan tanggung jawab guru agar siswa memusatkan perhatiannya pada proses atau teknik tertentu. SIswa perlu disadarkan, bahwa teknik yang salah dapat saja memberikan hasil tetapi hasil tersebut akan menjadi penghambat untuk perkembangannya lebih lanjut.
(8) Mengajari siswa cara memberi mpat balik kepada dirinya sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan kenerjanya sendiri. Belajar bagaimana menilai keberhasilan sendiri dan memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri merupakanhal penting yang perlu dipelajari oleh siswa.

k. Memberi Kesempatan Latihan Mandiri
Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan dirumah atau di luar jam pelajaran. Menurut Kardi dan Nur (2000:42-43) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri yaitu:
(1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya;
(2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah;
(3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar