Selasa, 10 Mei 2011

BAB VI
STRATEGI-STRATEGI BELAJAR
(LEARNING STRATEGIES)


A. RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR
1. Istilah dan Pengertian
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Michael Pressley (1991) dalam (Nur, 2000b:7), menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam proses-proses berpikir dan perilaku, menskim atau membaca sepintas lalu judul-judul utama, meringkas dan membuat catatan, di samping itu juga memonitor jalan berpikir diri sendiri.
Sedangkan Sulistyono (2003), mendefinisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru.
Nama lain strategi-strategi belajar (learning strategies) adalah strategi-strategi kognitif yaitu suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas belajar (Nur, 20007). Dengan kata lain, bahwa strategi-strategi tersebut lebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan-tujuan belajar perilaku.
Norman dalam Nur (2000b:6) juga memberikan argumen yang kuat tentang pentingnya pengajaran strategi. Pengajaran strategi belajar berdasarkan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Ini menjadikan strategi-strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa secara tersendiri, mulai dari kelas-kelas rendah sekolah dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
2. Tujuan Strategi Belajar
Mengajar pada dasarnya meliputi mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri sendiri ( Weistein dan Meyer dalam Nur 2000). Secara lebih detail Weistein dan Meyer dalam Nur (2000;6) mengatakan:
Merupakan hal yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar namun jarang mengajarkan mereka tentang belajar. Kita mengharapkan siswa untuk memecahkan masalah namun tidak mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan sama halnya, kita kadang-kadang meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang mengajarkan mereka seni menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi kelemahan tersebut, tibalah waktunya kita mengembangkan ilmu terapan tentang belajar dan pemecahan masalah dan memori. Kita perlu mengembangkan prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana memecahkan masalah dan kemudian mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang siap diterapkan dan kemudian masukan metode-metode ini dalam kurikulum

Berdasarkan pernyaaan tersebut, maka mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi pembelajar dengan pengendalian diri/mandiri (self-regulated Learning), Menurut Arends(1997:245) pembelajaran mandiri (self regulated learner) adalah pembelajaran yang dapat melakukan hal penting dan memiliki karakteristik, antara lain:
(1) Mendiagnosis secara tepat suatu situasi pembelajaran tertentu
(2) Memiliki pengetahuan startegi-strategi belajar efektif, bagaimana serta kapan menggunakannya
(3) Dapat memotifasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motifaror eksternal
(4) Mampu tetap tekun dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan
(5) Belajar secara efektif dan memiliki motifasi abadi untuk belajar

3. Langkah Mengajarkan Strategi-strategi Belajar
Untuk mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa terdapat beberapa hal/langkah-langkah yang harus diperhatikan yaitu:
(1) Memberitahu siswa bahwa mereka akan diajarkan suatu strategi belajar, agar perhatian siswa terfokus
(2) Menunjukan hubungan positif penggunaan strategi belajar terhadap prestasi belajar dan memberitahukan perlunya kerja fikiran ekstra untuk emmbuahkan prestasi yang tinggi
(3) Menjelaskan dan memeragakan strategi yang diajarkan
(4) Menjelaskan kapan dan mengapa suatu strategi belajar digunakan
(5) Memberikan penguatan terhadap siswa yang memakai strategi belajar
(6) Memberikan praktek yang beragam dalam pemakaian strategi belajar
(7) Memberikan umpan baik saat menguji materi dan strategi belajar tertentu
(8) Mengevaluasi penggunaan strategi belajar, dan memdorong siswa untuk melakukan evaluasi mandiri

B. VARIAN STRATEGI-STRATEGI BELAJAR
Berdasarkan teori kognitif dan pemrosessan informasi, maka terdapat beberapa strategi belajar yang dapat dibgunakan dan diajarkan, yaitu: Pertama, strategi mengulang (rebearsal sytrategies). Mengulang sederhana dapat membantu mempertahankan informasi tetap berada dalam memori jangka pendek, namun kurang membantu membuat bermakna informasi baru tersebut, kecuali dengan menggunakan strategi pengulangan yang lebih kompleks, seperti:
Menggaris bawahi dan membuat catatan pinggir; Kedua, strategi elaborasi (Elaboration strategies). Strategi Elaborasi adalah proses penambahan rincian dari informasi baru sehingga lebih bermakna, karena system pengkodean menjadi lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Yang termasuk dalam strategi elaborasi antara lain: Pembuatan catatan, penggunaan analogi dan metode PQ4R (Priview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review); Ketiga, Strategi organisasi (Organization Strategies). Yaitu strategi peningkatan kebermaknaan informasi baru, melalui penggunaan struktur-struktur pengorganisasian baru pada informasi tersebut. Termasuk dalam strategi ini adalah: Outlining (membuat kerangka garis besar), mapping (pemetaan konsep), mnemonics (membuat kategori baru); dan Keempat, Strategi Metakognitif(metacognitive strategies). Strategi metakognitif berhubungan dengan pemikiran siswa bagaimana mereka sendiri berfikir dan kemampuan mereka menggunakan strategi belajar tertentu dengan tepat (Nur, 2000:25)











1. Strategi Mengulang (rehearsal strategies)
Agar terjadi pembelajaran, pembelajaran harus melakukan tindakan pada informasi baru dan menghubungkan informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang (rehearsal) dan mengulang kompleks (complex reheasal).
Strategi mengulang yang paling sederhana, yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal disebut strategi mengulang sederhana, misalnya digunakan untuk menghafal nomor handphone dan arah ke satu tempat tertentu dalam jangka waktu pendek. Seorang pembelajar tidak dapat mengingat seluruh kata atau ide dalam sebuah buku hanya dengan membaca buku itu keras-keras.
Penyerapan bahan lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks, yaitu perlu melakukan upaya lebih jauh sekedar mengulang informasi. Menggarisbawahi ide-ide kunci dan membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan kepada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajaran yang lebih kompleks.
a. Menggarisbawahi
Menggarisbawahi ide-ide kunci dari suatu teks adalah suatu teknik yang kebanyakan telah di pelajari siswa pada saat mereka masuk perguruan tinggi. Menggarisbawahi membantu siswa lebih banyak dari teks karena beberapa alasan. Pertama, menggarisbawahi secara fisik menemukan ide-ide kunci, oleh karena itu pengulangan dan penghafalan lebih cepat dan lebih efisien. Kedua, proses pemilihan apa yang digarisbawahi membantu dalam menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah ada. Sayangnya siswa tidak selalu menggunakan prosedur menggarisbawahi secara sangat efektif. Kadang-kadang siswa juga menggarisbawahi informasi yang tidak relevan. Hal ini biasanya terjadi pada siswa-siswa sekolah dasar atau SLTP yang mengalami kesulitan menentukan informasi mana yang paling dan kurang penting.
b. Membuat Catatan-catatan Pinggir
Membuat catatan pinggiran dan catatan lain membantu melengkapi garis bawah. Perlu diperhatikan bahwa siswa telah dapat melingkari kata-kata yang tidak dimengerti, menggarisbawahi ide-ide penting, memberi nomor dan membuat daftar kejadian, mengidentifikasi kalimat yang membingungkan dan menulis catatan-catatan dan komentar-komentar untuk diingat. Strategi mengulang khususnya strategi mengulang kompleks, membantu siswa memperhatikan informasi baru spesifik dan membantu pengkodean. Tetapi strategi ini tidak membantu siswa menjadikan informasi baru lebih bermakna.
2. Strategi-strategi Elaborasi (elaboration strategies)
Elaborasi merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui.
a. Pembuatan Catatan
Sejumlah besar informasi diberikan kepada siswa melalui presentasi dan demonstrasi guru. Pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi ini secara singkat dan padat menyimpan informasi untuk ulangan dan dihafal kelak. Bila dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara lebih efektif.
b. Analogi
Analogi adalah pembandingan yang dibuat untuk menunjukan kesamaan antara ciri-ciri pokok suatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti jantung dengan pompa.
c. PQ4R
Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), Q adalah question (bertanya) dan 4R singkatan dari read(membaca), reflecty(refleksi), recite(tanya-jawab sendiri), review(mengulang secara menyeluruh). Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui. Mempelajari judul-judul atau topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut, sehingga mempermudah perpindahan dari mmemori jangka pendek ke memori jangka panjang. Resitasi informasi dasar, khususnya bila disertai dengan beberapa bentuk elaborasi, kemungkinan sekali akan memperkaya pengkodean.




3. Strategi Organisasi (organization strategies)
Seperti halnya strategi elaborasi, strategi organisasi bertujuan membantu pembelajaran meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi sub set yang lebih kecil. Strategi-strategi ini juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Outlining, mapping, dan mnemonics yang meliputi pemotongan, akronim dan kata terkait merupakan strategi organisasi yang umum.
a. Outlining
Dalam outlining atau membuat kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Dalam pembuatan kerangka garis besar tradisional satu-satunya jenis hubungan adalah satu topik kedudukannya lebih rendah terhadap topik lain. Sama dengan strategi lain, siswa jarang sebagai pembuat kerangka yang baik pada awalnya, namun mereka dapat belajar menjadi penulis kerangka yang baik apabila diberikan pengajaran tepat dan latihan yang cukup.
b. Pemetaan Konsep (concept mapping )
Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988:149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988:149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

c. Mnemonics
Mnemonics merupakan metode untuk membantu menata informasi yang menjangkau ingatan dalam pola-pola yang dikenal, hingga lebih mudah dicocokan dengan pola skemata dalam memori jangka panjang.

d. Chunking (potongan)
Misalnya seseorang dapat mengingat nomor telepon 10 angka karena ia telah membaginya dalam tiga kelompok, yaitu kode wilayah, kode tempat dan tiga nomor orang yang dituju.
e. Akronim (singkatan)
Akronim adalah singkatan [kependekan] yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Misalnya ABRI merupakan singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; Rudal singkatan dari peluru kendali; Meyjen singkatan dari Mayor Jenderal dan lainya.
4 Strategi Metakognitif (metacognitive strategies).
Metakognitif berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang berfikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan setrategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. Oleh karena itu pembelajar dapat diajarkan strategi-strategi untuk menilai pemahaman mereka sendiri, menghitung beberapa waktu yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu dan memilih rencana yang efektif untuk belajar atau memecahkan suatu masalah (Nur, 2000a).

C. PENDEKATAN PENGAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING)
Pengajaran terbalik merupakan satu pendekatan tehadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar. Pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajauan pertanyaan (Nur dan Wikandari, 2000:16). Dengan Pengajaran Terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding (Ann Brown dan Annemarie Polincsar, dalam Nur, 2000:48).
Pengajaran Terbalik terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerjasama untuk mengajarkan pemahaman bacaan-bacaan secara mandiri dikelas. Melalui Pengajaran Terbalik siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian dan prediksi. Penggunaan pendekatan ini dipilih karena beberapa sebab yaitu:
a. Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca;
b. Meningkatkan pemahaman maupun memberi pembaca peluang untuk memantau pemahaman sendiri;
c. Sangat mendukung dialog bersifat kerjasama (diskusi).

Prosedur Pengajaran Terbalik dilakukan pertama-tama dengan guru menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian guru memodelkan empat keterampilan (mengajukan pertanyaan yang bisa diajukan merangkum bacaan, mengklarifikasi poin-poin yang sulit, berat ataupun salah dan meramalkan apa yang akan ditulis pada bagian bacaan berikutnya) (Nur, 2000:49). Selanjutnya guru menunjuk seorang siswa untuk menggantikan peranannya sebagai guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi dalam kelompok tersebut dan guru beralih peran dalam kelompok tersebut sebagai motivator, mediator, pelatih dan member dukungan, umpan balik, serta semangat bagi siswa. Secara bertahap dan berangsur-angsur guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran yang lebih banyak kepada siswa dalam kelompok, serta membantu memonitor berfikir dan strategi yang digunakan.
1. Memperkenalkan Pengajaran Terbalik
Pada awal penerapan Pengajaran Terbalik guru memberitaukan akan memperkenalkan suatu pendekatan/strategi belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya. Selanjutnya mengawali pemodelan dengan membaca satu paragraf suatu bacaan. Kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan yaitu:
(1) Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca; berkenaan dengan wacana dan memastikan bisa menjawabnya;
(2) Membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana;
(3) Memprediksi/ meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya;
(4) Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal. (Nur dan Wikandari, 2000:20).
Setelah siswa memahami keterampilan di atas akan menunjuk seorang siswa untuk menggantikan perannya dalam kelompok tersebut. Mula-mula ditunjuk siswa yang memiliki kemampuan memimpin diskusi, selanjutnya secara bergilir setiap siswa merasakan/melakukan peran sebagai guru. Setelah sesi perkenalan berakhir, guru menjelaskan kepada siswa mengapa, kapan dan bagaimana strategi tersebut digunakan.

2. Prosedur Harian
Dalam tahap kelanjutan pelaksanaanya Pengajaran Terbalik melalui prosedur harian sebagai berikut: (Nur dan Wikandari, 2000:22)
a) Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan
b) Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai guru (model)
c) Siswa diminta membaca dalam hati bagian teks yang ditetapkan. Untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraf.
d) Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama, dilakukan pemodelan berikut ini:
1. Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah:
2. Guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut. Bila perlu mereka boleh mengacu teks dengan kalimatnya sendiri:
3. Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraph/sub bab. Bila perlu dapat menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan rangkumannya.
4. Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksikan hal yang akan dibahas pada paragraf selanjutnya:
5. Memberikan kesempatan siswa mengajukan komentar atau menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan:

e) Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.
f) Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan/paragraph berikut berikutnya dan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai “guru-siswa”.
g) Siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru-siswa” sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan serta dalam dialog, namun selalu member “guru-siswa” itu untuk kesempatan memimpin dialog. Memberikan banyak umpan balik dan pujian kepada “guru-siswa” untuk peran sertanya.
h) Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran dalam dialog, sehingga “guru-siswa” dan siswa lainya itu berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan membantu mengatasi kesulitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar