Senin, 09 Mei 2011

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh Karena itu, dalam memilih suatu model pebelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Selain model tersebut di atas dalam melaksanakan pembelajaran berbasis kompetensi, dikembangkan pula model pembelajaran seperti learning strategis (strategi-strategi belajar),pembelajaran berbasis inkuiri actife learning,quantum learning, dan masih banyak lagi model-model lain yang semuanaya dapat digunakan untuk memperkaya pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi di kelas.
Dengan demikian merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang tentang model pembelejaran yang telah diketahui. karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capaidalam peroses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.

Ciri-Ciri Penting Pengajaran Langsung Pembelajaran Kooperatif Pengajaran berdasarkan Masalah Strategi-Strategi Belajar
Landasan Teori Psikologi Perilaku; Teori Belajar Sosial Teori Belajar Sosial; Teori Konstruktivis Teori kognitif; Teori Kontruktivis Teori Pemrosesan Informasi
Pengembangan Teori Bandura; Skinner Dewey, Vygotsky, Slavin, Piaget Dewey, Vygotsky, Piaget Bruner, Vygotsky, Shiffrin, Atkinsons
Hasil Belajar Pengetahuan deklaratif dasar, keterampilan akademik Keterampilan akademik dan sosial Keterampilan Akademik dan inkuiri Keterampilan kognitif dan metakognitif
Ciri Pengajaran Presentasi dan demonstrasi yang jelas dari materi ajar, analisis tugas & tujuan perilaku Kerja kelompok dengan ganjaran kelompok dan struktur tugas Proyek berdasarkan inkuiri yang dikerjakan dalam kelompok Pengajaran resiprokal
Karakteristik Lingkungan Terstruktur secara ketat, lingkungan berpusat pada guru Fleksibel, Demokratik, Lingkungan berpusat pada guru Fleksibel, Lingkungan berpusat pada inkuiri Reflekstif, Menekankan pada belajarbagaimana belajar
(Sumber: Indana, (2005:4)
Dalam implementasinya di lapangan, model-model pembelajaran di atas bias diterapkan secara sendiri-sendiri, dan bias juga merupakan gabungan dari beberapa model tersebut sesuai dengan sifat dan karakteristik dari materi yang akan dipelajarai.

B. TEORI-TEORI BELAJAR MODEREN YANG MELANDASI MODEL PEMBELAJARAN

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagai mana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.
Gagne’,seperti yang dikutip oleh Mariana (1999:25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksterna meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran.Sebagai hasil belajar (learning outcomes), Gagne’,seperti yang dikutip oleh Mariana (1999:25) menyatakan dalam lima kelompok, yaitu intelektual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill dan attitude,
Gagne’ lebih lanjut menekankan pentingnya kondisi internal dan kondisi eksternal dalam suatu pembelajaran, agar siswa memperoleh hasil belajar yang di harapkan. Dengan demikian, sebaiknya memperhatikan atau menata pembelajaran yang memungkinkan mengaktifkan memori siswa yang sesuai agar informasi yang baru dapat dipahaminya. Kondisi eksternal bertujuan antara lain merangsang ingatan siswa, penginformasian tujuan pembeljaran, membimbing belajar materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkannya dengan informasi baru.
1. Teori Belajar Kontruktivisme
Teori–teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokan dalam teori pembelajaran kontruktivis (constructivist theories of learning). Teori kontuktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja piaget, vygotsky, teori-teori pemerosesan informasi dan teori psikologi kognitif yang lain seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002:8).
Menurut teori konstruktivis ini, suatu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002:8).

2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi gan berdiskusi membantu memperjelas pikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998).
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-Kemampuan Utama
Sensorimotor
Lahir sampai 2 tahun

Terbentuknya konsep “Kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan
Praoperasional 2 sampai 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan symbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi
Operasi Kongkrit 7 sampai 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berfikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
Operasi Formal 11 sampai dewasa Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan ekperimentasi sistematis
(Sumber: Nur, 1998:11)

Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif Piaget ini, sebagai contoh untuk peserta didik pada rentang usia 11-15 tahun berada pada taraf perkembangan operasi formal. Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek perkembangan remaja. Di mana remaja menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka, di mana mereka mulai bergelut dengan konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri.
Piaget menemukan bahwa penggunaan operasi formal bergantung pada keakraban dengan daerah subyek tertentu. Apabila siswa akrab dengan suatu obyek tertentu, lebih besar kemungkinanya menggunakan operasi formal (Nur,2001).
Menurut Piaget (dalam Slavin, 1994:145), perkembangan kognitf sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkunganya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget.
1) Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sehingga sampai pada jawaban tersebut. (Bandingkan dengan teori belajar perilaku yang hanya memusatkan perhatian kepada hasilnya, kebenaran jawaban, atau perilaku siswa yang dapat diamati ). pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kogmitif siswa yang mutakhir, dan jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakansiswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai yang di maksud.
2) Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas Piaget, penyajian pengetahuan jadi (ready-made) tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu (discovery maupun inquiri) melalui iteraksi spontan dengan lingkungannnya. sebab itu guru dituntut empersiapkan berbagai kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. Menerapkan teori Piaget berarti dalam pembelajaran fisika banyak menggunakan penyelidikan.
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasunsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakuakan upayauntuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil dari pada bentuk kelas yang utuh.

Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah pada saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berfikir formal.

3. Metode Pengajaran John Dewey
Menurut Jhon Dewei metode reflektif didalam memcahkan masalah, yaitu suatu peruses berfikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berfikir kearah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah.
1) Siswa mengenai masalah-masalah itu datang dari luar diri siswa itu sendiri.
2) Selanjut nya siswa akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya
3) Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebu. Dalam dipimpin oleh pengalamannya sendiri.
4) Kemudian dia kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing
5) Selanjutnya ia mencoba memperaktekan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik.hasilnya akan membuktikan betul tidaknya pemecahan masalah itu salah satu kurang tepat, maka akn dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukannya pemecahanmasalah yang tepat. pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.
Namun langkah-langkah ini tidak dipandang secara kaku dan makanits, artinya tidak mutlak harus mengikuti urutan seperti itu. siswa bias bergerak bolak-balik, antara masalah dan hipotesis ke arah pembuktian, kea rah kesinpulan dalam batas-batas aturan yang bervariasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pehdekatan instruksional ini mirip dengan suatu penelitian ilmiah di mana suatu hipotesis dapat diuji dan dirumuskan. Selanjutnya Dewey menganjurkan agar bentuk isi pelajaran hendaknya dimulai dari pengalaman siswa dan berakhir pada pola struktur mata pelajaran
Dengan demikian jelas betapa pentingnya makna bekerja, karena bekerja memberikan pemgalaman dan penglaman memimpin orang berfikir sehingga dapat bertindak bijak sana dan benar. Pengalaman itu mempengaruhi budi pekerti. Ada pengalaman positif dan ada pengalaman negatif. Pengalaman yang positif adalah pengalaman yang benar, sebab faedahnya dapat diterapkan di dalam kehidupan. Sebaliknya, pengalaman negative adalah pengalaman yang salah, merugikan atau menghambat kehidupan dan tak perlu dipakai lagi.

4. Teori Pemrosesan Informasi
Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Peritiwa – peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon). Model pemrosesan informasi dapat digambarkan sebagai kumpulan kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Kotak itu menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan sistem dan gari-garis menggambarkan transformasi yang terjadi dari satu keadaan ke keadaan yang lain. (Dahar, 1988:40). Model pemrosesan informasi seperti dipaparkan dalam Gbr. 2.1 berikut ini.








a. Pentingnya Pengetahuan Awal
Sering seorang pembelajar (siswa, mahasiswa) mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu, yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan yang sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Dalam hal ini maka pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting bagi pembelajar untuk dimilikinya.
Pengetahuan awal (prior knowledge) adalah sekumpul pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka dan apa yang ia bawa kepada suatu pengalaman belajar baru (Nur, 2000:11)
Mosenthal et al. (1985) dalam Nur (2000:12) mengambarkan keberartian pengetahuan awal dalam suatu studi menarik yang secara khusus menghubungkan kemampuan siswa memproduksi teks naratif.

b. Register Penginderaan
Register penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera (penglihatan, pendengaran, peraba, pembau dan pengecap). Register penginderaan disimpan dalam waktu yang sangat singkat (tidak lwbih dari dua detik). Bila tidak terjadi proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan itu, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi yang penting dalam pendidikan. Pertana, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk kedalam kesadaran .
Register penginderaan ini, mengalami pemrosesan awal melalui:
(1) Persepsi, suatu interpretasi seseorang terhadap rangsangan. Persepsi dipengaruhi oleh status mental, pengalaman masa lalu dan motivasi.
(2) Psikologi Gestalt, suatu persepsi yang di pandang secara keseluruhan dari suatu sensasi yang memiliki makna yang lebih dari bagian-bagian sensasi itu. Prinsip ini memngilustrasikan dengan prinsip closure (melengkapi) sehingga persepsi menjadi sederhana dan logis.
(3) Perhatian, merupakan suatu sumber daya terbatas. Cara untuk memperoleh perhatian siswa dengan menggunakan isyarat demgan ucapan (mengeraskan), pengulangan, atau mengatur posisi untuk mengkomunikasikan pesan penting.
Seluruh informasi yang masuk, sebagian kecil yang disimpan oleh otak untuk selanjutnya diteruskan oleh memori jangka pendek, sedangkan selebihnya hilang daei sistem.
c. Memori jangka pendek
Sistem pemyimpanan memori jangka pendek, dalam jumlah yang terbatas dan dalam waktu yang terbatas (beberapa detik). Menurut Miller seperti yang di kutip dalam Nur (1998b: 9), memori jangka pendek memiliki kapasitas 5-9 bits informasi.
Proses mempertahankan suatu butir informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang, menghapal (rehearshal). Menghapal sangat penting dalam belajar, karna semakin lama suatu butir tinggal di dalam suatu memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu akan di transfer ke memori jangka panjang.
d. Memori jangka panjang
Memori jangka panjang adalah tempat di mana pengetahuan disimpan secara permanen untuk di panggil lagi kemudian, apabila ingin digunakan (Arends, 1997:251). Memori ini mempunyai kapasitas yang sangat besar untuk menyimpan sejumlah informasi. Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori di otak, sebagai tempat menyimpan informasi untuk periode waktu yang panjang.
Tuving (1985) seperti yang di kutip oleh Nur (1998b: 13), membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian,yaitu:
(1) Memori episodic, adalah memori yang menyimpan gambar atau bayangan mental yang dilihat atau didengar dari pengalaman-pengalaman pribadi. Informasi Informasi disimpan dalam bentuk gambar atau bayangan yang diorganisasikan berdasarkan waktu peristiwa itu terjadi. Memori episodik sering sulit dipanggil kembali, karena sebagian besar episode dalam kehidupan kita sering berulang-ulang.
(2) Memori semantik, menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan umum atau generalisasi informasi yang diketahui; konsep, prinsip, atau aturan dan bagaimana menggunakanya, serta keterampilan memecahkan masalah. Informasi disimpan dalam bentuk jaringan hubungan yang saling berkaitan yang di sebut skemata. Implementasi dari teori skemata adalah bahwa informasi baru yang cocok masuk kedalam suatu skema yang telah dikembangkan dengan baik terserap jauh lebih cepat daripada informasi yang tidak cocok masuk ke dalam suatu skema.
(3) Memori procedural, kemampuan untuk mengingat bagaimana melakukan sesuatu, khususnya tugas-tugas fisik. Memori ini disimpan dalam sederetan pasangan stimulus-respon yang kompleks.




Tabel 2.3
Perbedaan antara Tiga Tingkatan Memori

Karakteristik Register Penginderan Memori Jangka Pendek Memori Jangka Panjang
Masuknya Informasi Perhatian awal Memerlukan perhatian Latihan pengulangan
Memelihara Informasi Tidak mungkin Perhatian terus menerus latihan pengulangan Pengulangan organisasi
Format Informasi Mengkopi masukan secara apa adanya Bunyi visual yang mungkin semantik yang mungkin Sebagian besar semantik, sebagian bunyi dan suara
Kapasitas Besar Kecil Tidak diketahui batasnya
Hilangnya informasi Meluruh Pergeseran kemungkinan meluruh Kemungkinan tidak hilang, kehilangan kemampuan mengakses interferensi
Selang bekas ¼-2 detik Sampai 30 detik Beberapa menit sampai bertahun-tahun
Memanggil kembali Membaca yang nyaring Kemungkinan otomatis butir-butir dalam kesadaran isyarat sesat/bunyi Isyarat perbaikan kemungkinan proses mencari

Memori jangka panjang ini dapat diperkuat dengan beberapa cara:
(a) Tingkat pemrosesan, semakin menarik perhatian secara detail suatu stimulus, maka semakin banyak pemrosesan mental yang harus dilakukan terhadap stimulus sehingga semakin banyak mengingat stimulus itu.
(b) Kode ganda, informasi yang disajikan baik secara visual maupun verbal diingat lebih baik dari pada informasi yang hanya disajikan dengan salah satu cara.
(c) Pemrosesan transfer-cocok, Memori lebih kuat dan bertahan lebih lama jika kondisi kerjanya serupa dengan kondisi saat infornasi itu di pelajari. Kekuatan dan keawetan memori tidak hanya tergantung pada kedalaman pemrosesan, tetapi juga kesamaan antara kondisi materi itu dipelajari dan kondisi-kondisi materi itu diperlukan.



5. Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu peroses dakaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1988:137). Faktor yang paling penting mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian (Dahar, 1988:143). Pertanyaan inilah yang menjadi inti dari teori belajar Ausubel. Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
Berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat di perlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaiaan nyata dari permasalahan yang nyata.

6. Teori Penemuan Jerome Bruner
Salah stu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (Discovery learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1988: 125).
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.


7. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky
Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi dan stimulus-respon, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk perkembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan.
Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dalam pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut (Nur & Wikandari, 2000:6).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar